Setiap kota
memiliki masalah dan kebutuhannya sendiri-sendiri. Setiap kota memiliki
kekuatan sumber daya yang berbeda-beda. Setiap kota memiliki karakteristik
masyarakat yang tidak sama. Tidak mengherankan jika terkadang ada pemerintah
kota yang tidak tahu harus memulai proyek smart city-nya dari mana.
“Semua
definisi [tentang smart city] yang berbeda satu sama lain sebenarnya
memiliki elemen inti—yakni cara pemerintah kota memanfaatkan teknologi dan data
yang mereka kumpulkan untuk mengatasi berbagai tantangan yang pelik, misalnya
meningkatkan efisiensi dalam hal budgeting, mengindentifikasi fraud
dalam program layanan sosial, atau melakukan penjadwalan terhadap kegiatan kota
secara lebih logis dan lebih efisien,” kata Brian Cotton (Vice President, Frost
& Sullivan, ICT Growth Consulting) seperti dikutip dari situs Govtech.com.
Teknologi
dan data akan memampukan pemerintah kota membuat keputusan secara lebih baik.
Hasil analisis aneka jenis data tersebut juga akan memberikan insight
atau wawasan baru yang dapat membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
sebuah kota, misalnya wawasan tentang pencegahan kriminalitas, penanggulangan
keadaan darurat, dan bidang-bidang lainnya.
Setiap
kota—besar atau kecil—dapat bertransformasi menjadi kota pintar. Prosesnya
kurang lebih sama. Ada sembilan langkah yang sebaiknya dipertimbangkan
pemerintah kota ketika ingin mengubah kotanya menjadi lebih pintar.